Featured post

OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 mengamanatkan bahwa “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Atas dasar amanat tersebut, disusunlah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari amanat pemajuan kebudayaan nasional Indonesia. Melalui Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 (selanjutnya disebut sebagai UU No.5/2017), dinyatakan bahwa pemajuan kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan.Ada pun Objek Pemajuan Kebudayaan sesuai Pasal 5 UU No.5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan tersebut sebagai berikut :

1.Tradisi Lisan :

Tuturan yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat, antara lain, sejarah lisan, dongeng, ramalan, pantun, dan cerita rakyat.http://sukapura.or.id/2021/02/19/tradisi-lisan/

2.Manuskrip :

Naskah beserta segala informasi yang terkandung di dalamnya, yang memiliki nilai budaya dan sejarah, antara lain, serat, babad, hikayat, dan kitab.http://sukapura.or.id/2021/02/19/manuskrip/

3. Adat Istiadat :

Kebiasaan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, antara lain, tata kelola lingkungan dan tata cara penyelesaian sengketa.http://sukapura.or.id/2021/02/19/adat-istiadat/

4. Ritus :

Tata cara pelaksanaan upacara atau kegiatan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terusmenerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, antara lain, berbagai perayaan, peringatan kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, dan ritual kepercayaan beserta perlengkapannya.http://sukapura.or.id/2021/02/19/ritus/

5. Pengetahuan Tradisonal :

Seluruh ide dan gagasan dalam masyarakat, yang mengandung nilai-nilai setempat sebagai hasil pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan lingkungan, dikembangkan secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya. Pengetahuan tradisional antara lain kerajinan, busana, metode penyehatan, Jamu, makanan dan minuman tradisional, serta pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta.http://sukapura.or.id/2021/02/19/pengetahuan-tradisional/

6. Teknologi Tradisional

Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang atau cara yang diperlukan bagi kelangsungan atau kenyamanan hidup manusia dalam bentuk produk, kemahiran, dan keterampilan masyarakat sebagai hasil pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan lingkungan, dikembangkan secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya. Teknologi tradisional antara lain arsitektur, perkakas pengolahan sawah, alat transportasi, dan sistem irigasi.http://sukapura.or.id/2021/02/19/teknologi-tradisional/

7. Seni Tradisional

Ekspresi artistik individu, kolektif, atau komunal, yang berbasis warisan budaya maupun berbasis kreativitas penciptaan baru, yang terwujud dalam berbagai bentuk kegiatan dan/ atau medium. Seni antara lain seni pertunjukan, seni rupa, seni sastra, film, seni musik, dan seni media.http://sukapura.or.id/2021/02/19/seni-tradisional/

8. Bahasa

Sarana komunikasi antarmanusia, baik berbentuk lisan, tulisan, maupun isyarat, antara lain, bahasa Indonesia dan bahasa daerah.http://sukapura.or.id/2021/02/19/bahasa/

9. Permainan Rakyat

Berbagai permainan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, yang bertujuan untuk menghibur diri, antara lain, permainan kelereng, congklak, gasing, dan gobak sodor.http://sukapura.or.id/2021/02/19/permainan-rakyat/

10. Olahraga Tradisional

Berbagai aktivitas fisik dan/atau mental yang bertujuan untuk menyehatkan diri, peningkatan daya tahan tubuh, didasarkan pada nilai tertentu, dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus, dan diwariskan pada generasi berikutnya, antara lain, bela diri, pasola, lompat batu, dan debus.http://sukapura.or.id/2021/02/19/olahraga-tradisional/

Selain dari 10 (sepuluh) Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) tersebut di atas, ditambah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 (UU No.11/2010) tentang Cagar Budaya menjadi 11 (sebelas) Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK).http://sukapura.or.id/2021/02/19/cagar-budaya/

Featured post

MASIH TENTANG SAHABAT NABI MUHAMMAD DARI NUSANTARA?

Melanjutkan tulisan sebelumnya : SRI BADUGA MAHARAJA: SAHABAT NABI SAW DARI NUSANTARA /atau dalam judul di Republika : Sri Baduga Maharaja, Sahabat Nabi Muhammad dari Nusantara?

*Masih tentang Sahabat Nabi Muhammad dari Nusantara?*

Jumat 29 Jan 2021 06:01 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, — Pada awalnya tulisan tentang Sri Baduga Malik al-Hind yang terdahulu adalah sekadar contoh dari penerapan metode abduktif dalam mata kuliah kajian Islam interdisipliner di Pascasarjana STFI Sadra dan kajian ilmu hadis revisionis di LPII Yayasan Muthahhari Bandung.

Tentang kajian islam interdisipliner, insyaallah, nanti akan saya buat tulisan tersendiri. Sekarang, fokus kita pada ilmu hadis revisionis dan Sri Baduga Malik al-Hind.

Selama ini, kajian keislaman kita seperti jalan di tempat. Tidak ada keberanian dari para pemangku Islamic Studies untuk mendobrak paradigma lama yang hanya mengecer travelling theory yang sudah berlangsung selama lebih dari seribu tahun yang lalu.

Padahal, beragam teori tersebut tidak muncul dari ruang kosong. Ada banyak faktor sosial-politik-budaya yang melatarbelakangi kemunculannya. Oleh karena itu, kita yang hidup di zaman sekarang tidak harus menerimanya secara taken for granted. Kita harus membaca ulang untuk menemukan konteks di balik lahirnya teori-teori tersebut sebelum akhirnya menerima, menolak, atau memberi makna dan menyusun teori baru.

Di sinilah urgensi the logic of discovery yang menjadi ruh dari paradigma abduktif yg saya promosikan dalam ilmu hadis revisionis.

*Adakah sahabat Nabi Muhammad dari Nusantara?*

Ilmu hadis revisionis sendiri adalah produk lanjutan dari penelitian *Al-Muawiyat ; hadis-hadis politis keutamaan sahabat* . Selama ini, riwayat tentang keutamaan sahabat menjadi dasar teori keadilan sahabat yang menopang bangunan ilmu hadis tradisional.

Padahal, menurut Kamaruddin Amin, Dirjen Agama Islam Kemenag RI, tidak ada hadis Nabi atau ayat suci Alquran yang secara pasti mendukung klaim *keadilan sahabat.* . Semuanya ditafsirkan secara subjektif. Keadilan sahabat lebih pas disebut dogma daripada teori ilmiah.

Kesimpulan ini sejalan dengan temuan Fuad Jabali yang menyebut bahwa doktrin keadilan sahabat tidak lempang di hadapan analisis ilmiah. Meski terbukti tidak ilmiah, teori ini selalu mewarnai kajian akademik tentang hadis Nabi sejak dari Arab sana hingga sampai ke Nusantara kita sini.

Karena itu, saya sebut sebagai travelling theory yang harus direkonstruksi. Dan dengan dukungan data dan teori yang kuat, ilmu hadis revisionis berhasil melakukannya. Terlalu teknis kalau saya jelaskan bagaimana metode abduktif berhasil meruntuhkan *grand theory keadilan sahabat* yang diyakini secara turun temurun oleh mayoritas umat Islam di seluruh dunia.

Silakan baca saja buku saya *Genealogi Hadis Politis* yang diterbitkan oleh Marja’. Kalau keberatan untuk membeli buku, bisa unduh gratis versi disertasinya di perpustakaan Sekolah Pascasarjana Ciputat.

Metode abduktif melihat semua hadis/riwayat, teori sebagai bahan mentah yang harus diolah lagi. Dan bukan barang jadi yang dapat langsung menjadi alat bukti justifikasi.

Hal itu harus diverifikasi dengan prinsip korespondensi, koherensi, dan konsistensi sebelum akhirnya dipakai untuk menolak atau mendukung sebuah teori. Dengan cara kerja seperti itulah muncul teori (sementara) Sahabat Nabi dari Nusantara sini.

Teori tersebut dideduksi dari beberapa riwayat tentang Malik al-Hind yg bertemu Nabi dan termuat dalam publikasi mengenal sahabat Nabi. Kata kuncinya ada pada kata al-Hind yg sekarang diartikan sebagai India. Dan Malik al-Hind umumnya dimaknai dengan Raja dari India yang disematkan pada Cheraman Perumal dari Keralla.

Namun, teori ini dipertanyakan oleh akademisi dari Keralla, Parthasarathi. Menurutnya, tidak ada bukti historis maupun arkeologis yang menunjukkan pernah ada seorang raja dengan nama tersebut di Keralla. Cerita tentang *raja Cheraman Perumal* yang dikaitkan dengan nama sarbatak (umum dibaca seperti itu) yang bertemu Nabi muncul dari para *akademisi Eropa* yang tertarik dengan folklor masyarakat Kerala. Sumber pertamanya pun bukan seorang peneliti, melainkan sekadar juru tik, *Louis de Camoes* .

Menurut Pathasarathi, pengusung teori ini gagal membuktikan hubungan logis antara fakta/data dengan apa yang mereka ucapkan. Selain itu, juga gagal mencapai kesimpulan yang benar. Maka, teori Cheraman Perumal sebagai Malik al-Hind yg bertemu Nabi tertolak karena tidak sesuai dengan prinsip korespondensi empiris dan koherensi logis.

Dengan demikian, kita harus membangun teori baru terkait Malik al-Hind ini. Teori yang saya ajukan bahwa Malikul al-Hind yang bertemu Nabi ini adalah Sri Baduga Maharaja yang berasal dari Nusantara. Kesimpulan ini didasarkan pada beberapa fakta berikut.

  1. Wilayah Nusantara dahulu juga bernama Hindia. Ingat nama Hindia-Belanda untuk menyebut negara kita tercinta. Dahulu, Bilad al-Hind mencakup seluruh wilayah kepulauan Nusantara, Indo-China hingga Sri Langka. Imperialis Eropa yang memecah-mecah Bilad al-Hind dan menciptakan Bilad al-Hind baru beribu kota New Delhi (New de al-Hind).
  2.  Tulisan Arab yang dibaca sarbatak terlalu jauh untuk mengidentifikasi Cheraman Perumal. Apalagi, Partharasati menyebutnya sebagai mitos. Tapi, lebih dekat bila dibaca dengan Sri Baduga. Ini karena perbedaan lidah Arab dengan lidah Nusantara.
  3. Keberadaan Sri Baduga Maharaja secara historis dan arkeologis dapat dibuktikan. Sementara, Cheraman tidak.
  4. Perbedaan timeline antara masa hidup Nabi dengan Sri Baduga Maharaja dapat diselesaikan dengan teori common sense saat kisah ini ditulis oleh Ibnu al-Atsir. Karena mungkin nama Sri Baduga adalah nama yg dikenal waktu itu saat menyebut raja dari al-Hind yang memakai aksesori khas Bilad al-Hind.

Sehingga, siapa saja raja yang berasal dari al-Hind dipanggil dengan Sri Baduga. Ilustrasi sederhananya seperti peci yang dikenalkan oleh Presiden Sukarno. Sehingga, orang-orang asing ketika melihat orang Nusantara berpeci memanggilnya dengan Sukarno.

  1. Tambahan argumentasi no 1. Ada kesamaan bahasa (sangsekerta) dan peradaban antara Nusantara dulu dengan India. Bisa jadi, hal itu karena dulu wilayah ini berada dalam satu kerajaan. Atau, salah satu wilayah menjadi kerajaan bagian atau protektorat dari sebuah kerajaan besar.

Kemiripan cerita Ramayana dan Mahabrata di dua wilayah ini menjadi bukti pernah bersatunya dua wilayah ini dalam satu kerajaan lama. Persoalannya, mana yang menjadi pusat pemerintahan dan mana yang menjadi negara bagian. Perlu kajian lanjut.

  1. Sq Fatimi yang adalah orang dari anak benua India sana justru berpendapat bahwa Malik al-Hind yang suratnya terlihat di Istana Arab (Bani Umayyah) adalah Raja Sriwijaya dari Nusantara dan bukan India. Walaupun mungkin dia bukan Malik al-Hind yang pernah bertemu Nabi, setidaknya kesimpulan Fatimi menguatkan teori Malik al-Hind berasal dari Nusantara  dan bukan India. Karena itu, *Malik al-Hind adalah sahabat Nabi dari Nusantara* .

Link : https://www.republika.co.id/berita/qnnh9y385/masih-tentang-sahabat-nabi-muhammad-dari-nusantara

Sukapura OrId : http://sukapura.or.id/2021/01/31/masih-tentang-sahabat-nabi-muhammad-dari-nusantara/

Featured post

SRI BADUGA MAHARAJA : SAHABAT NABI SAW DARI NUSANTARA

*SRI BADUGA MAHARAJA: SAHABAT NABI SAW DARI NUSANTARA*

*Oleh Ustadz Dr. Muhammad Babul Ulum*

(Sudah di tambah, edit sedikit, apa masih ada lanjutannya?)

Konsepsi ilmu hadis konvensional menyebut sahabat adalah orang yang hidup sezaman dan melihat Nabi Saw. Logika sederhananya mereka orang-orang yang hidup di jazirah Arab dan sekitarnya yang karena kedekatan geografis memungkinkan mereka melihat, bertemu, dan berinteraksi dengan Nabi Saw. Namun demikian kitab-kitab biografi sahabat memuat satu nama sahabat Nabi Saw yang bukan berasal dari bangsa Arab. Bila benar demikian karena itu perlu investigasi mendalam. Keberadaannya tidak saja memberi oksigen bagi kita dalam ikhtiar pemaknaan baru bagi konsep keilmuan tradisional Islam yang menjadi concern kajian kita selama ini, bahkan dapat mendekonstruksi tidak hanya bangunan epistemologi ilmu keislaman klasik, khususnya ilmu kalam dan ilmu hadis, juga bangunan epistemologi ilmu humaniora Barat.

Satu nama tersebut ditulis dengan sebutan Sri Baduga Malik al-Hind (سرباتك مالك الهند). Termuat dalam kitab *Usd al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah* karya Ibn al-Atsir, biografi no. 1958, kitab *Lisan al-Mizan* karya karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani, jilid  4, hal. 19, biografi no. 3359 dan kitab *Bihar al-Anwar al-Jamiah li Durari Akhbar al-Aimmah al-Athhar* karya Muhammad Baqir al-Majlisi, jilid 14, hal. 520, bab Ahwal Muluk al-Ardh (berita para raja di dunia). Al-Hakim dalam kitab *al-Mustadrak jilid 4, hal. 241* , meski tidak mencatat biografi Malik al-Hind sebagaimana kitab yang lain, ia melaporkan sebagian hadiah yg diberikan kepada Nabi Saw yang berupa tembikar (jarrah) dan jahe (zanjabil) sebagai obat segala penyakit waktu itu (dawaun likulli da’).

Lajengkeun maos
Featured post

Raden Sadewa

Batu  Candi BuluhBatu di Bukit Candi Buluh, Penengahan, Lampung Selatan.

Kali ini, hari Senin tanggal 28 Desember 2020 kegiatan di Lampung Selatan, Kecamatan Penengahan, kami bersama Tim Nyukcruk mengunjungi sebuah bukit yang disebut dengan Candi Buluh.

Dari bukit yang disebut Candi Buluh, kami pun melanjutkan perjalanan tidak jauh dari sana, sekitar 1 km dari bukit tersebut menuju Makam Keramat Raden Sadiwa (Raden Sadewa).

Menurut tradisi lisan masyarakat setempat, diceritakan bahwa Bukit Candi Buluh ada hubungannya dengan Makam Keramat Raden Sadewa. Saya pun kaget ketika melihat bentuk yang diceritakan sebagai Makam Keramat tdak biasanya seperti bentuk-bentuk Makam pada umumnya.

Featured post

QURANIC ARCHAEOLOGY

Al-Qur’an dalam sudut pandang Arkeologi[1] (Quranic Archaeology) menurut Ali Akbar (parakar Arkelogi Universitas Indonesia) menyampaikan sebagai berikut :

• Sumber ajaran utama Islam yakni Al-Qur’an belum mendapatkan perhatian yang cukup baik di Indonesia dan bahkan juga di Dunia. Padahal sebagai sumber utama, Al-qur’an inilah yang mendasari segala gerak-gerik personal dan komunal sehingga membentuk suatu kebudayaan bersama.

Lajengkeun maos

Bubuka Gn Kabuyutan Lingga Yoni

Bubuka Gn Kabuyutan Lingga Yoni, Indihyang, Kota Tasikmalaya
Indihyang (Hindi-Hyang), Zaman nama Negeri Hindi (al-Hind)[1]
Ingat Samudra Hindia, koloni (Daerah/Wilayah penempatan penduduk) antara Hindia – Belanda yakni Wilayah Negara Indonesia sekarang?…
Jadi Lingga Yoni bukanlah peninggalan “agama Hindu India sekarang…”.
10 November 2012 M

Arti simbol batu LINGGA : Manusia Hidup (Pancer)
Arti simbol batu YONI : Bumi, Penopang Hidup di Bumi

Maka LINGGA-YONI artinya Manusia hidup di Dunia ditopang 4 unsur Bumi.
4 unsur Bumi : Air-Api-Angin-Tanah (Yoni/Dasar)
1 unsur Pancer : Hidup/Atma/Ruh (Lingga/Utama)

Maka Simbol Ilmu dari Lingga-Yoni adalah
Ringkasan Pengetahuan Ilmu Mengenal Jati Diri Manusia sebagaimana yang dikenal sekarang konsep Papat Kalima Pancer

[1] Baca juga : SRI BADUGA MAHARAJA SAHABAT NABI SAW DARI NUSANTARA. http://sukapura.or.id/2021/01/26/sri-baduga-maharaja-sahabat-nabi-saw-dari-nusantara/

atau : https://sukapura.wordpress.com/2021/01/26/sri-baduga-maharaja-sahabat-nabi-saw-dari-nusantara/

MENGKRITIK TULISAN DR.GAURI MAHULIKAR

Mengkritik Tulisan Dr.Gauri Mahulikar

EFFECT OF RAMAYANA ON VARIOUS CULTURES AND CIVILISATIONS (PENGARUH RAMAYANA TERHADAP BERBAGAI BUDAYA DAN PERADABAN)

Oleh Agus Wirabudiman

Berhubungan dengan epic Ramayana, menurut Gauri Mahulikar menyebutkan dalam pengantar tulisannya : Ramayana adalah sumber mata air dari tradisi besar sastra, budaya, agama; tidak hanya di India, tetapi di pulau-pulau, wilayah dan negara-negara sejauh di samudera Pasifik juga. Ada dua aliran utama yang mengalir dari India, tempat kelahiran Ramayana; satu ke Asia Tenggara (SEA) dan yang lainnya ke negara-negara barat, mewakili aspek budaya dan sastra masing-masing. Makalah ini bertujuan untuk menyoroti budaya pengaruh terutama dan dengan demikian SEA akan menjadi titik utama. “Beberapa karya sastra yang diproduksi di sembarang tempat telah sepopuler ini, berpengaruh, ditiru dan sukses sebagai puisi epik Sanskerta yang besar dan kuno, itu Ramayana”, kata Robert Goldman.” 1

Selanjutnya Gauri Mahulikar mengklaim seolah sumber satu-satu kisah Ramayana bermula terjadi di Peradaban India kuna saja, sehingga wilayah-wilayah negera lain adalah meniru sebagaimana yang diungkapkan Robert Goldman di atas, seperti Indonesia, Malaysia dan yang lainnya adalah dampak penyebaran budaya tradisi besar sastra dari negara India sekarang, beliau menuliskan : “Meskipun India adalah tanah rumah dari Ramayana, sekarang milik seluruh dunia dan merupakan harta yang unik, sosial, budaya, spiritual, filosofis dan sastra dari umat manusia. Perbedaan setup ideologi, politik dan agama dari negara-negara dipengaruhi oleh Ramayana, tidak pernah menjadi halangan dalam kemajuan dan popularitas epik. Daerah yang telah datang di bawah kekuasaan epik ini merupakan negara-negara Asia Tenggara (SEA) terutama seperti Kamboja, Indonesia, Jawa, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam. Efeknya adalah dari dua jenis: (a) Bahasa dan sastra, (b) Seni dan Arsitektur.”2

Selain Robert Goldman, Gauri Mahulikar pun terpengaruh dengan tulisan Will Durant, sejarawan Amerika terkemuka, India adalah yang paling kuno peradaban di dunia telah mengerahkan pengaruhnya di seluruh dunia, dan itu Orang India mengeksplorasi rute laut, menjangkau dan memperluas pengaruh budaya mereka Mesopotamia, Arab dan Mesir, pada awal abad ke-9 SM Ramayana telah mencapai Siberia yang membeku.(Lokesh Chandra,”Indian Culture in Transbaikalian Siberia”, article in V.C.V.,p.629.)3

Ramayana versi Malaysia, yang dikenal sebagai Hikayat Seri Rama (HSR), menawarkan bahan yang menarik untuk studi akulturasi. Disini, Dasaratha dikatakan sebagai yang terbaik cucu dari Nabi Adam. Rahwana ditampilkan memiliki anugerah dari Allah, bukan Brahma.(Srinivasan, K.S., “Ramayana Traditions in South East Asia”, article in CIRSW,p.xxx). Jadi kita menemukan bahwa kedatangan Islam tidak membuat perbedaan, sebaliknya, vitalitas segar diberikan pada aslinya dengan adaptasi, asimilasi dan integrasi. Versi pertama Ramayana dalam bahasa Jawa kuno adalah karya Yogesvara pada abad ke-9 M, sebuah karya dari 2774 bait dalam gaya manipravala yaitu campuran bahasa Sansekerta dan Kawi. Ravanavadham dari Bhatti, yang dikenal sebagai Bhattikavya telah sangat memengaruhi Ramaya Indonesia dan Jawa. Di Bali Ramakavaca dari 22 bait dalam bahasa Sansekerta ditemukan. Beberapa ayat ini adalah identik dengan Ramayana Valmiki. (Goudriaan, T., “Sanskrit Texts and Indian Religion in Bali”, article in India’s Contribution to World Thought and Culture, Vivekananda Commemoration Volume (V.C.V.), Madras, 1970,p.562).4

Menurut temuan Gauri Mahulikar : Bahasa Sansekerta, selama berabad-abad, merupakan satu-satunya bahasa penghubung, yang diperbaiki dengan baik oleh pengguna regular pengajaran tata bahasa tersedia di seluruh India dan Asia Timur, yang memungkinkan propogasi dan popularisasi Ramayana. Selanjutnya beliau menyampaikan : Asal-usul Kata-kata India sangat umum yang diucapkan dalam bahasa Thai dan Indonesia. Itu Bahasa Jawa Kawi adalah campuran dari bahasa Sanskerta dan asli Jawa, juga disebut Lama Orang jawa. Namun demikian, bahasa Jawi Baru telah bercampur dengan kata-kata Arab dan Persia; benar bukti aturan Islam di sana. Di Filipina, juga, banyak kata-kata Sansekerta ditemukan.5

Dalam hal penelitian Bahasa Sangsekerta ini, Gauri Mahulikar hampir senada dengan hasil penelitian Purbacaraka yang mengatakan bahwa tujuh puluh sampai delapan puluh persen (70-80%) bahasa Jawa kuna (kawi) adalah Bahasa Sangsekerta murni.6 Yang dimaksud dengan bahasa Jawa kuna /atau Bahasa Sangsekerta murni adalah bahasa sebelum ada pemisahan antara bahasa Sunda dan Jawa seperti sekarang. Artinya pemilik dari Bahasa Sangsekerta murni (70-80%), termasuk epic Ramayana adalah berasal dari leluhur bangsa Indonesia (Yavadvipa /Jawadwipa) yang menyebar ke seluruh wilayah Asia Tenggara (SEA) sampai ke daratan India sekarang. Dari daratan India lalu baru menyebar ke Negara-negara barat.

Bahkan apabila memperhatikan isi yang tertulis dalam epic Ramayana oleh Valmiki (500-400 SM) mengatakan bahwa Rama mencari Sita ke wilayah pulau Yavadvipa7. Dari hasil penelitian para sarjana barat sendiri menyimpulkan bahwa yang dimaksud wilayah/kepulauan Yavadvipa adalah Java (Jawa) Indonesia sekarang. Oleh karena itu sangat wajar jika kisah mengenai Rama, Sita, Rahwana, Sugriwa dan lain sebagainya terdapat juga di Indoensia (Jawadwipa) yang dikisahkan dalam berbagai bentuk Seni, Tradisi maupun Arsitektur Candi di Indonesia adalah bukan sebuah tiruan /atau meniru dari hasil sebaran sastra epic Ramayana dari Negara India.

f—————————————————–

1 Dr Gauri Mahulikar, “EFFECT OF RAMAYANA ON VARIOUS CULTURES AND CIVILISATIONS”, https://www.yumpu.com/en/document/read/6476999/effect-of-ramayana-on-various-cultures-and-civilisations-sabrizainorg , diunduh 20 Januari 2020 M

2Ibid.

3Ibid.

4Ibid.

5Ibid.

6 Quoted in Hindustan Standard (Calcutta) : According to Poerbatjoroko a well-known Javanese scholar, between seventy and eighty per cent of the words of Javanese language are either pure Sanskrit or of Sanskritic origin.(Quoted in Hindustan Standard (Calcutta), December 30, 1962.)

7The island of Java was the earliest island within Indonesia to be identified by the geographers of the outside world. “Yavadvipa” is mentioned in India’s earliest epic, the Ramayana dating to approximately 5th–4th century BC. It was mentioned that Sugriva, the chief of Rama’s army dispatched his men to Yawadvipa, the island of Java, in search of Sita (Kamlesh Kapur, History Of Ancient India (portraits Of A Nation), Sterling Publishers Private Limited 2010, ISBN 978-81-207-5212-2),hlm.465.